Welcome in my Blog

Semoga ini menjadi wadah untuk menuangkan isi hati,fikiran dan apa yang sudah kita ketahui

Part II Menunggu Pagi

“PART 11”
“Lembar jawaban bhs.indonesia UAS uda keluar van..,punya mu sudah di ambil?” tanya nova yang entah muncul dari mana kini telah ada di hadapan ku.
“biasa deh... munculnya tiba-tiba kayak hantu aja!” cibir ku.
Nova hanya nyengir dengan khasnya.
“eh,sudah di ambil belom punya mu?” tanya nova lagi padaku.
“blom,tapi aku nggak begitu yakin dengan nilai bahasa ku kali ini” jawab ku jujur
“wah kenapa?,contekan mu nggak sukses ya?” jawab nova se-enak nya
‘Plok!’ 
“dasar otak udang!” tukas ku setelah memukul ringan kepala nya
“hey.... ini...” nova melotot seraya menunjuk kepala nya
“apa? Kelapa tuh bukan kepala orang isinya air gitu!” jawab ku asal seraya berlari kecil mencibir nya,hahaha nova nggondok. =D
‘Laaarriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii’
“dek!” suara seseorang menghentikan lari kecil ku.
“astaghfirullah bang ngagetin aja!” ujar ku yang memang kaget sambil ngelus dada berulang kali.
“hehehe,maaf ya”
“iia ada apa nih?” tanya ku datar
“sudah tau nilai mu?”
           ‘kok semua pada ribut nilai sih,giliran aku nggak yakin gini mereka malah tanya hasil punyaku’ aku membatin
“dek..adek” panggil abang yang menyadari aku melamun
“hah?” aku terperangah kemudian terkekeh menyadari kebodohan ku ini.
“belom bang,aku ambil dulu ya” sambung ku dan tanpa ku sadari melangkah ke arah ruang guru.
         Sepuluh menit kemudian lembar jawaban itu sudah di tangan ku,dugaan ku benar!
Kini nilai bahasa ku anjlok turun,aku sudah nggak ngeh liat beberapa coretan di deretan nomer-nomer yang tersusun rapih itu,ku lipat lalu segera masuk kantong saku ku,ah bagaimana ini... pasti kali ini nilai bahasa ku kalah sama nova.
“berapa nilai mu dek?” tanya abang yang kembali muncul di hadapan ku kali ini di susul kedatangan nova yang juga tak sabar mendengar angka nilai bahasa,huft.
“jelek!” jawab ku pendek
“tuh kan sudah ku bilang... pasti contekan mu nggak sukses” lagi-lagi nova asal ngomong.
Aku melotot,yang benar saja dia berkata seperti itu di depan abang ku,wah.. nova awas kau nanti!, aku menghujamnya dengan tatapan tak bersahabat yang di tuju malah cengar-cengir tak berdosa.
“jelek itu berapa dek,kau kan jago bahasa bisa-bisa nilai sembilan kau bilang jelek” goda abang
“beneran jelek bang” aku tertunduk
“ya sudah nggak usah sedih gitu,memangnya berapa?” abang masih mendesak penasaran.
“tujuh” jawab ku sambil nyengir
“hmmm...,nggak jelek-jelek amat dek abang mah biasanya dapet nilai 6 dan 5” akunya jujur
“hehe.. ia bang,punya abang berapa?”
“lumayanlah sembilan” jawabnya mantap
“hah?” serempak aku dan nova terperangah.
“hehe jangan ngejek gitu dunk ,ini artinya contekan abang sukses” ujar nya seraya mengedipkan sebelah mata nya
‘hahahahaha’ tawa kami berderai.
        Aku berusaha tega menghampar lembar jawaban yang dari tadi tak ku lirik sama sekali.
‘hmmm...’ aku bergumam
“pantes saja aku banyak yang salah,orang semua pertanyaan rata-rata cara memasak!” aku terbahak sendiri baru menyadari nya.
“haha yang paling aku bingung itu cara membuat tape” celetuk nova
“kan tinggal di kasih cuka” jawab ku se enaknya
“di kasih apa dek?” muka abang memerah menahan tawa
“cuka’ ” ulang ku lagi dengan polos.
“whahahahaha...whahaha...” tawa abang kahirnya meledak
Aku bingung!
“mau buat tape ato mau ngeracunin orang kamu dek,yang bener itu di kasih Ragi bukan cuka’ ” ujar abang masih di iringi sisa-sisa tawa nya.
“hehehe... ya gini ini kalau nggak kenal dapur bang” aku terkekeh.
“ya ya ya” gumam abang dengan nada mengejek.
    Sungguh aku menahan malu hari ini,tapi entah mengapa tentram sekali saat melihat mas bisa tertawa seperti tadi.
                                                 .........@b@ng..........
    Aku ingin menghabiskan sore ini di gubuk sawah belakang asrama,aku begitu menyukai suasana yang tenang dan rindang bersama teman se-angkatan ku Hilwa.
“van.. aku boleh naya’ sesuatu?” tanya hilwa sok serius yang sudah di samping ku
“boleh,silahkan...”
“kamu itu pacaran ya sama abangmu?”
“apa wa?” sengaja aku menyuruh hilwa mengulangi pertanyaan nya tadi
“hmm...salah ya van?” hilwa tampak ragu
“nggak, cuma aku shock aja denger kamu tanya gitu ke aku,uda jelas-jelas aku manggil dia ‘abang’ kog masih di tuduh pacaran sih wa!” ujar ku cemberut
“namanya juga nanya’ van, kadang aku sering nggak ngerti sama sikap abang mu terhadap kamu van, yach.. maklumlah aku ragu karna dia kan di sekolah terkenal di gila’in plus sering mainin cewek. Jadi aku takut kamu jadi korban selanjutnya,tapi sikap dia ke kamu itu beda seperti dia nyikapi mantan-mantan nya dulu,apa karna kamu itu susah di raih aku nggak tau jelas”
hilwa menghela nafas sebelum melanjutkan kalimatnya.
“tapi terkadang aku yakin dia itu bener-bener sayang sama kamu,karna semua hal yang kamu perintah ke dia,abang mu nurut dan malah kadang melakukan lebih dari yang kau mau”
hilwa menyelesaikan kalimatnya.
“itulah yang membuat ku bingung wa,sikap nya selama ini begitu membuat ku dilema” jujur ku
“maksud mu kau juga punya perasaan sama abang mu van?”
Aku terdiam sejenak,entah mengapa aku mengangguk meng-iyakan pertanyaan hilwa barusan.
“sedikit” ujar ku kemudian sambil tersenyum simpul.
“aku ngeri kalau liat abang mu berkelahi sama evan,kog sering banget keluar-masuk BP”
“itu juga gara-gara aku wa”
“gara-gara kamu gimana?” hilwa tampak baru mengerti
“ceritanya panjang wa,di sini memang aku yang salah mengambil keputusan uda tau aku nggak mau pacaran dulu eh kok bisa-bisa nya nerima evan,dan bodohnya aku menuruti saran dua sahabat ku yang gila itu!, setiap kali aku liat abang cemburu entah mengapa aku semakin menyukai nya,tapi aku selalu saja egois tak memikirkan gimana perasaan abang. Padahal... aku sama evan sebenernya nggak ada hati sama sekali wa”
“apa?,tindakan bodoh!”
“yach.. begitulah wa,aku semakin bodoh lagi jika harus memikirkan semua ini”
Hilwa terdiam,ia berusaha memutar otak nya mencari solusi buat vanya.
“maaf van sebelumnya,tapi menurut ku lebih baik kau sendiri aja dari pada buang-buang waktu bersama evan seperti ini,dan itu bukan berarti kau juga harus ninggalin abang mu,lebih baiknya kau uji dulu perasaan nya diam-diam biar bukan hanya mata kamu yang bisa nilai kesungguhan perasaan abang tapi juga hati kamu” (nah akhirnya keluar juga kata-kata bijak hilwa)
“hmmm...,gitu ya wa?”
Hilwa mengangguk mantab.
Setelah tiga hari vanya mendapatkan solusi dari hilwa,ia fikir tak ada salah nya jika ia bertindak seperti itu,tapi apa ia vanya akan menguji abang? Bukankah seminggu lagi adalah hari perpisahan untuk semua anak kelas akhir?, entah mengapa keinginan menggebu untuk tidak menjamah percintaan terlebih dahulu,kini vanya malah dalam posisi yang terjepit antara perasaan dan keadaan. Sungguh ia malas sekali berbicara tentang ini, mengingat dua bulan yang lalu ia terlibat masalah besar yang entah dari mana sumber nya tiba-tiba saja ia terbawa arus deras.
                Ia di tuduh bermain api bersama ketiga cowok yang sama sekali tak pernah ia hubungi,yang vanya tau saat itu ia di tarik,di dorong bahkan ada kekerasan singkat yang menyakiti fisik nya, semua itu mereka bilang vanya lah penyebab utama dalam kasus ini,parah nya yang melakukan semua ini adalah segerombolan teman cewek se-angkatan nya!
Dan mereka hanya mengandalkan bukti beberapa surat yang konon vanya kirim untuk ketiga cowok misterius itu dan jelas itu bukan tulisan tangan vanya.
“itu bukan tulisan ku,jangan menuduh sembarangan!” protes vanya saat itu yang sudah tak berdaya meski ia mencoba sedikit berontak.
“hallah bacot, Mana ada maling ngaku penjara penuh!,jelas-jelas ini ada tanda tangan mu!”
“yang bodoh itu kalian apa aku sih!,jelas aku nggak tau perkara ini,najis aku ganggu cowok kalian!” perkataan pedas vanya tak juga mampu menyadarkan mereka saat itu,yang ada mereka semakin murka padanya.
    Sampai akhirnya vanya berhasil lolos setelah di sekap lebih dari setengah jam, itu pun berkat pertolongan abang yang juga murka terhadap segerombolan cewek yang nyakitin vanya. Saat itu vanya merasakan debaran aneh pada abang yang mati-matian membela nya, sakit memar di tubuhnya serasa tak ngilu saat melihat abang yang berhasil melindungi dirinya.
‘thank’s bang...’ ucapnya dalam hati seraya terisak
Beberapa saat kemudian vanya tersadar akan kedua sahabatnya yang tadi jalan bersama,mengapa mereka tinggalkan vanya saat sahabatnya terancam dalam kandang singa,mengapa mereka tak berusaha membela sahabat nya meski hasilnya akan sia-sia,kedatangan abang yang sama sekali tak terlintas dalam harap untuk menyelamatkan nya malah maju pada barisan terdepan. Ada sesuatu yang tercium busuk pada persahabatan nya kali ini,entah apa yang memacu bau busuk itu menusuk pengindraan vanya,yang jelas ada yang nggak beres!
Setelah kejadian itu vanya menemui abang di depan lab,ada yang mengganjal yang ingin ia sampaikan.
“bang... “
“ya dek,ada apa?” ujarnya ramah,tatapan nya tak lepas dari memar di tubuh dan pelipis vanya.
“makasih,abang tau dari siapa soal tadi?” vanya berusaha datar
“indra yang lapor,dia lihat kamu di sekap di kelas kosong,sebenernya abang tau semua ini sudah jauh-jauh hari,hanya saja abang diam jika mereka tidak menyakiti mu, tapi nyatanya mereka malah memilih berhadapan dengan ku”
“jadi ini salah satu penyebab abang sering berkelahi dengan cowok-cowok itu?”
Abang mengangguk.
“terang saja abang seperti ini karna abang ingin benar-benar melindungi mu,meski waktu bersama adek sudah tak lama lagi” abang tampak sedih
Vanya juga terlihat sedih menyadari waktu esok yang akan berpisah.
“bang......” seru nya lembut berusaha menelan kembali air matanya
“abang sayang kamu dek meski kamu nggak bisa balas perasaan abang,abang mau pertahanin perasaan ini semampu abang,aku janji akan berusaha untuk setia dengan apa yang abang rasakan saat ini” sebutir air mata ketulusan jatuh tak mampu abang bendung,ini manusiawi,tapi tak wajar jika seseorang laki-laki itu menangis,separah itu sesak yang mencambuk hatinya.
Vanya yang tadi nya menelan air matanya kembali tapi kini sudah tampak kembali berlinang,ingin sekali dia mengatakan bahwa dia juga menyayangi abang tapi bibir nya beku ia tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun!
“biar pun seperti ini abang bangga bisa mengenal mu,pertemuan yang singkat namun mampu memberi perasaan yang mendalam di hati abang,dek.... aku sadar selama ini bersikap berlebihan terhadap mu tapi aku juga tak bisa membatasi sikap ku,aku tersiksa untuk melarang rasa sayang ini,maafkan aku!” abang menyelesaikan kalimatnya.
     Ia  berlalu meninggalkan vanya yang masih beku di tempatnya,vanya meraih secarik kertas ia menulis sesuatu untuk abang.
Abang Q tersayang....
    Jika memang abang menyayangi ku,aku ingin di detik-detik terakhir nanti aku bisa melihat abang akur sama evan,adek nggak pengen kalian masih musuhan seperti ini,sekalipun evan menyakiti ku tapi tak ada salahnya kan kalau di akhiri dengan berdamai?
*permintaan sederhana
    Vanya :)
    Ia melipat nya dan segera menitipkan pesan singkat itu pada indra yang kebetulan lewat di depan lab.
                                                        .........@b@ng..........
        Pagi yang berkabut menyelimuti suasana prosesi acara perpisahan,ada kebahagiaan, haru dan duka di sana, kebahagiaan yang akhirnya mencetak hasil kelulusan bersama dan kesedihan akan lonceng perpisahan yang akan segera berbunyi.
Beruntung mereka yang bisa melanjutkan dan satu sekolah atau bahkan satu kelas dengan teman lama, tapi bagi vanya semua sudah berakhir akan tiba saat nya ia membuka lembaran baru tanpa abang,tanpa pelindung dan kasih sayang abang yang selama ini menjaganya,ia akan benar-benar melewatinya sendiri,tak ada abang,tak ada tempat berteduh rindang hatinya nanti!
Vanya menghela nafas panjang,sepasang bola matanya sedari tadi berlarian mencari sesosok abang,dimana abang? Di saat hari terakhir seperti ini ia tak menemukan sesosok abang dari tadi,abang yang ingin di pandangnya dengan puas serta melewatkan moment ini bersama-sama agar lebih indah dan tak menyesal di kemudian hari, akan tetapi ia benar-benar tak menemukan sesosoknya,hatinya pilu akan tetapi siapa yang peduli keadaan nya dalam keramaian seperti ini.
    Prosesi sudah berlangsung dua jam yang lalu,kurang 4 jam lagi semua akan usai,tapi ada titik cerah, abang terlihat berlari kecil dari kejauhan,ada yang di gandengnya... siapa itu? Sepertinya tak asing dimata vanya. Vanya terbelalak kaget sungguh ia hampir menjatuhkan botol air mineral di tangan nya melihat siapa dua sesosok yang sedang bersenda gurau itu.. abang dan evan!
‘alhamdulillah ya allah.... akhirnya aku bisa meng-akhiri hari ini dengan perdamaian,dan terima kasih abang... kau memang sesuatu yang hebat dan mengagumkan di mata ku!’ rasa bahagia menyucur deras di hati vanya tak henti-hentinya ia berdecak kalimat syukur. Setelah sekian lama nya vanya letih mendengar perkelahian antara abang dan evan setiap hari, hingga terdaftar siswa yang bermasalah di sekolah kini terbayar sudah,embun membasahi hati nya yang gersang selama ini.
“hallo tuan putri” sapa serempak evan dan abang saat melewati barisan vanya
“haii..” hanya sepotong kalimat itu yang mampu meluncur di bibir mungil vanya, ia benar-benar merindukan saat-saat seperti ini.
Mata vanya berbinar,sungguh kebahagiaan yang mendekap nya.
“vanya duduk di sebelah mana?” samar-samar terdengar suara itu dari barisan belakang
“tuh depan laila” jawab suara yang menyahutnya
    Tak lama pemilik suara samar tadi menunjukkan sosok nya,segerombolan cewek yang menyakiti nya beberapa hari lalu. Vanya sempet terkejut tapi hanya tiga detik setelah itu sekitar 5 cewek yang berdiri di depan nya itu menangis dan memohon maaf.
“sekarang kita tau siapa yang salah dan ini bukan perbuatan mu van... maafin kami ya”
Dada vanya sesak antara bahagia dan binggung tiba-tiba saja mereka sadar dan membuktikan sendiri kebenaran masalah itu,padahal vanya sudah memaafkan mereka dan sudah tak peduli dengan masalah ini,tanpa vanya sadari dari kejauhan abang memperhatikan 5 cewek itu dan vanya, semua ini tak lepas dari penyelesaian abang untuk menyelediki kebenaran masalah ini agar vanya tak selamanya menjadi tertuduh,inilah abang... yang selalu memberi yang terbaik buat vanya,di depan vanya bahkan di belakang vanya sekalipun,ia sepertinya tidak main-main menyayangi cewek ini hanya saja waktu yang masih berkisah mengukir sejarah cinta nya.
“kita uda tau siapa yang ada di balik semua ini van...,ternyata emang kamu nggak tau apa-apa tapi yang tau semua ini adalah nova dan hilwa”
“hah?” vanya terkejut kesekian kalinya,yang ini bener-bener ultimatum.
“kalian tau dari mana?,tolong jangan asal menuduh lagi!” vanya berusaha membela kedua sahabatnya
“semua bukti sudah jelas van bahkan ada yang mau bersaksi,dan memang awalnya semua ini cowok kami yang salah,mereka memang mengagumi mu dan berusaha mengunggkapkan nya lewat surat tanpa sepengetahuan kami tapi dengan sepengetahuan dua sahabat mu, kejam nya merekalah yang selama ini membalas surat-surat yang cowok kami titip kan untuk mu pada mereka,kejamnya lagi mereka membohongi kami semua dan mengatas namakan kamu di surat-surat itu.”salah satu mereka mencoba menjelaskan.
“cukup!,kalian jangan mengarang cerita,aku memang memaafkan kalian tapi jangan dua sahabat ku yang jadi kambing hitamnya!”
“aku yakin kamu sulit mempercayai ini van tapi coba kau teliti tulisan siapa ini” finka menyodorkan selembar surat yang waktu lalu pernah di buatnya sebagai bukti,aku meraihnya perlahan sungguh betapa aku mengenali tulisan siapa yng tergores di kertas itu,hilwa! Yach..ini tulisan hilwa yang begitu rapih. Tak terasa air mata vanya mengalir,vanya merasakan begitu sakitnya duri menusuk ulu hati nya,sahabat ? apa ini namanya sahabat?
‘Apa ini maksud mereka bahwa aku telah merebut ke populeran mereka di sekolah?,apa bangga nya seperti ini...,populer bukan karna prestasi tapi malah karna fisik!
Sebenernya mereka tak pantas iri padaku,karna apa yang aku miliki masih jauh tak bisa menandingi kesempurnaan mereka dan aku tak ada niat menjatuhkan mereka atau bahkan menggesernya,tapi yang tak habis fikir mengapa mereka berbuat sedemikian tersusun rapi hingga melibatkan dan mengecoh banyak teman seperti ini,canggih!’
“sekarang kamu percaya kan van?, bukan kami yang mengarang cerita tapi semua ini sudah ada yang mengatur cerita”
“sudahlah tak-apa aku memaafkan kalian semua begitu juga kedua sahabat ku” ujar ku tulus seraya menahan perih yang menyucur di hati.
Semua berakhir dengan pelukan maaf ,terasa teramat sempurna akhir ini,dan banyak mengundang tangis haru vanya.
‘bang.... aku pasti akan selalu merindukan mu’ bathin ku saat sedan metalik menjemput ku,aku sempatkan menoleh ke arah abang yang berdiri sedikit jauh dari ku,aku bisa merasakan betapa sesak nya dia melepas ku,meski berulang kali ia berusaha menyembunyikan tetes air matanya tapi aku masih bisa melihat sisa-sisa tengisan hatinya di sana,aku menggenggam erat gelang yang sempat abang berikan tadi,hingga aku juga tak kuasa terisak hebat saat ku lihat ia bersimpuh di tempatnya dan aku tak bisa mendekapnya aku yang bodoh ini hanya bisa menyaksikan abang dan teman-teman ku yang lain dari balik kaca mobil.
‘aku janji bang...,aku takkan mengecewakan mu, sampai kapan pun aku akan menyayangi mu,sekalipun rasa sayang itu nantinya terlarang tapi aku berusaha jadi yang terbaik di sana’ yach batin ku masih berdecak pilu.
    Badai yang bergemuruh pun tak sanggup menandingi gemuruhnya hati ku dan abang,inikah cinta bang? Cinta yang tak ingin ku mengenalnya tapi justru ia mengikat hati ku sedemikian hebat. Tapi terima kasih bang.. atas akhir yang indah berkat perjuangan mu,dan ku berharap ini bukan akhir dari segala-galanya.
    Ke empat roda telah membawa ku jauh hingga abang dan teman-teman ku tak terlihat lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar