Welcome in my Blog

Semoga ini menjadi wadah untuk menuangkan isi hati,fikiran dan apa yang sudah kita ketahui

Part End [menunggu pagi]

                                      “PART End”
 ‘aku ingin bertemu kenangan ku’ gumam ku dalam hati,saat aku menerima tawaran untuk praktik mengajar di salah satu lembaga yang tak jauh dari sekolah tamatan SMP ku dulu. Meski selang dua dusun dari tempat ku praktik nanti,itu tak menjadi penghalang ku menemui kenangan bersama abang di sana.
Hanya kenangan!
Yach...hanya ingin menikmati saat-saat indah dulu,saat aku terlambat mengakui perasaan ku pada abang. Seandainya tuhan memberiku kesempatan sekali lagi,tentu yang ingin ku minta adalah melihat senyum abang yang indah seperti dulu...,saat ia tau ada sedikit harapan untuk mengejar cinta ku. Sepertinya aku sudah mulai terisak,aku tak kuat membendung rasa rindu dan haru ku mengenangnya.
‘nova’ aku menyebutnya lirih.
Aku tau kisah ku tak luput dari peran dan jasa nova,seandainya ia masih ada di sampingku mungkin detik ini ia akan mati-matian mendukung ku,ah.. aku jadi merindukannya.
Hmm.. perlahan aku menyeka air mata ku,aku duduk di depan cermin sambil mengejek sisa-sisa air mata kerapuhan ku. Perlahan ak sedikit merapikan dandanan ku yang sudah mulai acak-acakan,aku harus tampil rapi karna hari ini dalah hari pertama ku menginjakkan kaki di dusun ‘sekar wangi’.
“kamu mau berangkat jam berapa van?” tanya mama yang tiba-tiba muncul dari balik tirai kerang kamar ku.
“sudah siap ma” jawab ku pendek.
Tapi sebelum mama berlalu dan meminta tante yasmin untuk mengantar ku,mama sempat menanyakan mata sembab ku ini.
‘kamu habis nangis van?’
‘oh.. ini,semaleman kelamaan tidur ma’ jawab ku bohong.
    Aku tak mau mam mengerti apa yang sedang mengganggu fikiran ku dari semalam.
‘maafin aku ma...’gumam ku dalam hati.

        .........@b@ng..........
    Pagi-pagi seperti ini pemandangan alam yang masih begitu asri menyejukkan mata ku yang sudah bosan melihat gedung-gedung menjulang tinggi.
“udaranya masih bersih ya van”. Tante yamin berkomentar.
“makanya vanya milih tempat ini tante,vanya bosen di kota terus,di sini pendidikan masih primitif,masih jarang terjamah teknologi canggih semacam komputer,oleh karna itu vanya pengen cari pengalaman di tempat ini”. Ujar ku tanpa menyebut keinginan yang lain,termasuk bertemu kenangan ku!
    Tante yasmin hanya manggut-manggut sambil merendahkan laju kecepatan mobilnya yang sudah menyusuri area perkebunan warga. Aku melempar pandangan ku ke luar kaca mobil,menikamti udara yang masih tak berpolusi ini sepuas ku. Beberapa menit kemudian mobil tante yasmin berhenti di depan gedung yang tidak begitu tua,lengkap tatanan taman mungil yang manis. Kami turun menyusuri gerbang unik yang terbuat dari bambu-bambu kecil yang sudah di cat warna-warni.
    Saat kami berjalan menyusuri koridor tiba-tiba bocah kecil membenturku,lengkap dengan seragam yang masih tak berdasi,sepertinya dia melupakan dasi nya! Hihihi..
 “maaf bu.. maaf ya,lihat dasi ku yang jatuh nggak?” tanya nya dengan logat yang lagi-lagi anak ini mengundang tawa kecil ku begitu juga tante.
Aku hanya menjawab dengan menggelengkan kepala sambil menahan tawa aku melihat ekspresi binggung dan cemberutnya yang lucu sekali.

    Kami pun melanjutkan langkah kami menuju kantor,sesampainya di sana nampak sudah banyak guru di sana yang siap menjalankan tugasnya masing-masing. Tapi tunggu sebentar....,sepertinya aku mengenali wajah seseorang yang duduk di pojok dekat jendela,yang asik mengunyah sarapan nya dengan sepotong roti dan selembar keju.
“Tari!” jerit ku rendah,saat aku telah berhasil mengenali wajahnya.
Yang bersangkutan menoleh dan terbelalak saat melihat ku disini.
“vanya” ia juga menjerit rendah. Buru-buru ia meninggalkan sepotong rotinya di meja,ia menghampiri ku dengan girang.
“kamu tugas di sini?” tanya tari saat mengetahui aku masih di jenjang semester 7.
“iya,hanya untuk beberapa minggu saja”.
di sela-sela kami asik mengobrol,bu Ananta selaku kepsek menghampiri ku lengkap dengan berkas-berkas wajib ku yang di bawanya.
“ini van berkas mu, hari ini kamu masuk di kelas 1b dulu, kebetulan bulan ini wali kelas nya cuti, selamat mengajar ya” Ujarnya dengan ramah seraya menyerahkan berkas-berkas itu beralih ke tangan ku. Dengan santun aku menerima satu buku paket bahasa inggris,absen dan daftar hadir guru.
    Tak terasa jam sudah menunjuk ke angka 7 kurang 5 menit,tante pamit pulang dan aku pamit undur diri pada tari untuk memasuki kelas tugas ku hari ini.
“tar..,aku tugas dulu ya..,nanti kita ngobrol sepuasnya” ujar ku
“siiip” tari mengedipkan sebelah matanya. Tawa kecil kami pun berderai.
        .........@b@ng..........
    Aku berusaha mencintai dunia anak-anak mulai hari ini,dengan begitu akan lebih mengasikkan saat berinteraksi bersama mereka dan aku menyukai profesi ku seperti ini.
“selamat pagi adek-adek” sapa ku renyah.
Tapi yang di sapa malah pada bengong!
“loh,kenapa nggak di jawab sapaan saya tadi?” tanya ku heran.
“kalau ibu guru panggil kami adek-adek,lalu kami akan menjawab sapaan ibu dengan sebutan apa?” celetuk salah satu mereka.
‘hehehe..’ aku baru menyadari hal kecil ini yang pantas saja membuat mereka bengong. Bener juga nih anak, masa’ mereka bakalan jawab sapaan ku manggil mbak-mbak,kan aneh kedengerannya 
“pernyataan yang bagus!,siapa nama mu sayang?” aku menghampiri bocah yang menggemaskan itu. Dengan penuh percaya diri dia menjawab:
“Dimas Anggara”
Aku tersenyum melihat keberaniannya berinteraksi dengan orang asing sepert ku.
‘sepertinya aku juga pernah melihat bocah ini,tapi dimana ya?’ gumam ku dalam hati.
“oh ya bu,lihat dasi ku nggak? ,soalnya aku yakin jatuh di tempat ibu berdiri di koridor tadi” tanya nya lagi,memancingku hingga aku menyadari nya.
‘inikan bocah tadi...’
Astaga!
“nggak sayang... ibu tidak melihatnya,mungkin saja kamu lupa bawa dasi”.
Dia terdiam,aku memperhatikan bola matanya... aneh,kenapa hati ku berdesir saat melihat tatapan dua bola mata bocah ini. Buru-buru aku teringat tugas ku di kelas ini,aku bangkit dan kembali ke meja guru.
“baiklah ank-anak,saya di sini hanya bertugas menggantikan wali kelas kalian untuk beberapa minggu ke depan,saya harap kalian bisa menerima kehadiran ibu di sini”.
“oh ya,perkenalkan nama ibu Vanya Anastasia”
“lalu panggilannya apa bu?”
Aku terdiam sejenak.
“panggil saja dengan sebutan bu Asta” aku tersenyum,sengaja aku mengambil penggalan nama belakang ku untuk memulai lembaran ini.
“bu asta!,namanya lucu” puji gadis berkepang kuda.
Aku semakin bersemangat untuk lebih dekat dengan mereka.
    Waktu terus mengalir hingga akhirnya bel istirahat berteriak lantang. Aku mengakhiri aktifitas mengajar ku,anak-anak segera menghambur keluar kelas.
Aku masih enggan menuju kantor,aku memutuskan untuk duduk di kantin yang tidak jauh dari lapangan. Secangkir capuccino hangat menemani ku bersantai,entah kenapa aku merasakan banyak yang memperhatikan ku disni, apa karna guru-guru di sekolah ini tidak pernah bersantai di kantin,atau apa aku masih asing di mata mereka?
Ah sudahlah biarkan saja,aku hanya melempar senyum pada setiap pasang mata memperhatikan ku. 
        .........@b@ng..........
    Bel masuk berteriak nyaring lima menit yang lalu,tapi ada segerombolan siswa yang masih belum memasuki kelas,ada yang mencurigakan akan segerombolan di pojok lapangan dekat kelas 1b,aku semakin penasaran saat bocah-bocah itu memekik dan ada yang histeris,aku ingin menjawab rasa penasaran ku,aku memutuskan menghampiri mereka.
Dan aku tersentak melihat darah yang masih segar mengalir dari pelipis bocah itu,aku segera bersimpuh di depannya.
“kamu kenapa nak?” tanya ku seraya memeluk pundak bocah kecil itu.
Bocah kecil itu masih tertunduk,ia enggan mendongkakkan wajahnya dalam kerumunan seperti ini.
Aku menatap satu persatu wajah-wajah bocah sebayanya yang saat ini bergerombol menatap ku,aku mencoba mencari jawaban tapi mereka juga enggan angkat bicara.
Aku tak sabar lagi,perlahan ku angkat dagu itu menghadap ku,dan...
“astaga dimas!” aku terpekik setelah tau yang terluka itu adalah anak didik ku beberapa jam yang lalu.
Lekas aku membopongnya ke kantor,ku minta asri teman sekelasnya menemani dimas. aku sigap melakukan pertolongan pertama semampuku,setelah darahnya sedikit teratasi dan tidak lagi merembes ke perban bagian luar, aku memintanya untuk beristirahat dan memejamkan mata agar syaraf-syaraf yang tegang sedikit tenang.
“asri kemarilah” ujar ku lembut seraya menjauh dari sofa dimana dimas terbaring.
“ceritakan sama ibu apa yang sebenarnya terjadi?”
Dengan taku-takut asri melirik ku,ia menghela nafas yang terasa berat sebelum menjawab pertanyaan ku tadi.
“dimas berkelahi bu” jawabnya pendek.
“dengan siapa nak?”
“dengan anak sekolah sebelah,dimas di musuhi karna dia pintar”
Aku terdiam. Aku memang belum mengenal bocah itu lama,tapi aku sudah bisa merasakan auranya yang begitu kuat dengan bathin ku,entah kenapa..
“aku sudah menghubungi keluarga nya van” sela tari di antaraa lamunan ku
“apa nggak seharusnya kita mengantar dia pulang aja tar” usul ku
“boleh,tapi apa setelah ini kamu nggak ada jam di kelas?” tari memastikan
“nggak ada, tugas ku sudah kelar kok,kamu bisa mengantar ku ke rumah nya kan?”
“bisa” tari tersenyum
     Keduanya memutuskan mengantarkan dimas setelah menunggu pihak keluarganya yang tak juga datang lebih dari satu jam.
“kau yakin ini jalan nya?” tanya ku yang sudah panik tak melihat deretan rumah sama sekali
“ia, sebentar lagi juga kelihatan perkampungan nya”
‘Menurut ku ini lumayan jauh dari sekolah,lalu dengan apa anak ini menempuh perjalanan seperti ini ke sekolah?’ hati vanya bertanya-tanya tapi ia kembali diam.
Setelah menempuh perjalanan lebih dari 20 menit akhirnya sampai juga di perkampungan,segera tari dan vanya bergegas mengikuti langkah dimas yang begitu pelan.
“silahkan masuk bu” ujar dimas setelah berada di depan rumahnya
Tiba-tiba seorang wanita yang tak jauh dari se umuran vanya dan tari keluar dari dalam rumah.
“silahkan masuk bu” sambutnya hangat
Vanya dan tari hanya tersenyum dan mengikuti wanita itu masuk ke dalam rumah
“maaf bu sudah merepotkan mengantarkan dimas pulang,rencana nya saya akan  menjemputnya setelah ayah dimas pulang,eh nggak tau nya malah di anterin terima kasih ya,oh ya ini bu guru dimas juga?” tanya wanita itu yang ternyata adalah ibu dimas
“ia bu,saya guru pengganti sementara di kelas dimas” jawab vanya sopan
“oh... begitu,tapi kenapa dimas nggak pernah cerita ya? Padahal dia suka cerita tentang semua guru di sekolahnya,termasuk bu tari ini”
Tari tersipu.
“saya bu asta,baru hari ini masuk kelas” ujar vanya sebelum ibu dimas berlalu masuk ke dalam
‘bukannya nama kamu vanya? Kok bisa pakek nama asta sih?’ Tari berbisik pada vanya soal  nama yang di sebutnya barusan
‘sengaja’ jawab vanya balik berbisik
‘kamu bohongi mereka ya?’
‘aku nggak bohongi mereka,nama ku kan Vanya Anastasia’
‘ehem’ ibu dimas berdehem lalu meminta keduanya menghabiskan minuman yang telah di suguhkan.
Mereka akhirnya pamit pulang.
                         .........@b@ng..........
    Malam harinya dimas menemukan satu buku mungil di ruang tamu,ia membukanya dan mencoba membaca isi buku itu dengan terbata-bata
“buku siapa itu nak?” tanya ayahnya sepulang kerja lembur dan melihat dimas begitu menyibukkan diri dengan buku bersampul ungu muda itu.
“sepertinya ini buku bu guru dimas ketinggalan disini tadi yah” jawab dimas setelah berhasil membaca papan nama di sampul buku itu
“memangnya guru kamu tadi ke sini?”
“ia bu asta dan bu tari mengantar dimas pulang” sahut ibunya dari dapur
“oh... coba sini ayah lihat” ujar ayah nya meminta buku yang di pegang dimas
“bacain isinya donk yah...,dimas penasaran” ujar dimas polos
ayah nya mengangguk dan kemudian mulai membaca lembaran pertama:

Aku masih disini bang....
aku masih disini bukan untuk menghapus mu,tapi untuk mengenang mu.
meski senyum mu tak lagi terlihat,tapi aku bisa merasakannya...
lewat indahnya perasaan ini.
 Sudah terlambat!
namun tak apa,biarkan perasaan ini adil menyiksa kita
bukan karna bertepuk sebelah tangan,
tapi karna waktu keterlambatan ku memahami mu.
biarkan semua kerinduan memeluk mimpi-mimpi ku
biarkan ia ber-ilusi kau masih di sini,
meski tak berwujud,kau tetap saja indah dalam ilusi ku.
 bang.....
ingin rasanya aku menangis di pelukan mu,
memberi kekuatan lagi pada hati ku,agar tetap setia di sini bertahan
menunggu dalam keterlambatan perasaan.
aku menangisi kebodohan ku slama ini bang,
bukan karna perasaan ini yang begitu menyiksa,
tapi karna aku ingin merasakan apa yang kau rasakan dulu.
             sedang apa kau disana bang?
sudahkah kau jaga hatimu untuk tidak mengingat ku?
             aku nggak peduli bang!
sekalipun kau tak mengingat ku,
biarkan aku berada di posisi mu meski terlambat.
tapi izinkan ku bayar semua dosa ku dengan seperti ini..
bersimpuh di depan kenangan bersama mu,
dan baru menyadari Aku Mencintai Mu.....

“dimas nggak ngerti isinya” protes dimas yang kemudian berlalu dan mendatangi ibunya di dapur
Ayah nya malah meneruskan membaca coretan asta,ia tersentuh bahkan seakan mengenali siapa penulisnya,tanpa ia sadari air matanya mulai terbit.
“ayah kok nangis?” tanya dimas melihat reaksi muka ayahnya
“kasihan sekali guru mu nak,sepertinya ia punya masa lalu yang mendalam hingga semua gejolak bathin nya ia tuangkan di sini” ujar ayah dimas yang merasa juga sesak di dadanya
“besok kalau aku sekolah akan ku kembalikan buku ini ke bu asta” gumam dimas
“boleh ayah yang mengantar mu mengembalikan buku ini?”
“boleh” ucap dimas semangat tanpa berfikir panjang
             Dan tanpa dimas ketahui ayahnya penasaran dan ingin bertemu dengan siapa guru nya sang penulis diary ungu itu.
    Gelap nya malam telah terganti teriknya sinar matahari,aktifitas pagi sudah di mulai sejak sebelum subuh. Dimas bergegas merapikan seragam nya,ia siap berangkat ke sekolah dengan tawaran ayah yang mengantarkan nya sejak semalam. Sepanjang pejalanan seperti biasa dimas berceloteh tentang guru-guru di sekolahnya, dimas memang anak yang pandai dan dia memiliki kelebihan lancar berbicara di atas panggung tidak seperti teman-teman sebaya nya yang masih takut dengan mickrofon dan panggung,karna itu sederet prestasi mulai dari berpidato hingga membaca syair pernah di juarai nya.
“bu asta..!!!” teriak dimas yang tiba-tiba berhenti bercerita dan memanggil sesosok guru yang di kenalnya sehari yang lalu
“berhenti sebentar yah,aku ingin mengembalikan buku ini” ujar dimas kemudian turun dari motor ayah nya.
Ayahnya terdiam hanya menyaksikan tak jauh dari guru dimas berdiri
‘jadi ini guru dimas penulis diary itu’ gumam nya dalam hati
“ada apa sayang?”
“buku ibu kemarin tertinggal di ruang tamu” ujar dimas seraya menyodorkan buku diary itu,vanya terlihat kaget saat menyadari bukunya lepas dari map nya kemarin.
“terima kasih ya sayang sudah di kembalikan”
“hmm.. maaf jika saya lancang membacanya” suara dari balik punggung vanya menyahut
Vanya membalikkan badan dan begitu terkejut keduanya melihat siapa yang saat ini berdiri di hadapan mereka.
‘inikah ayah dimas? itu berartii......abang adalah ayah kandung dimas?’
Astaga!
Tubuh vanya lemas, hampir saja ia tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya,untung abang dapat menahan tubuh vanya yang mungil. Dimas yang menyaksikan nya terdiam binggung!
“abang...?” ujar vanya lirih memastikan siapa yang di lihatnya saat ini
“kau masih mengenali ku?” abang tertunduk pilu
Tangis vanya pecah, ingin sekali ia memeluk abang yang di carinya selama bertahun-tahun  itu.  Tapi... keberadaan dimas lah yang mengurungkan keinginan nya.
“aku merindukan mu bang....,aku mancarimu selama bertahun-tahun lamanya” tutur vanya di sela-sela tangisnya
“abang sudah tau semua lewat diary mu dek”
“ya bang..., hanya itu yang bisa aku lakukan selama ini,aku tak tau harus bagimana melampiaskan kerinduan dan penyesalan itu”
Air mata abang berlinang...,
Ia tak kuasa melihat orang yang begitu di cintai nya sakit, hingga detik ini tersiksa karna perasaan yang sama dengan apa yang ia alami,apa yang ia pendam dan mencoba merelakan kepergian vanya ,meski perasaan itu sulit untuk ia tanggal kan dari jasad nya selama bertahun-tahun lamanya.
“setiap malam aku bermimpi bertemu dengan mu bang...,bahkan aku bermimpi kita bersatu,tapi.... semua itu sudah tak mungkin kan bang? Aku sudah terlambat dengan perasaan ku yang bodoh ini! Begitu murka nya aku pada perasaan ini bang...” vanya benar-benar lemah,hati nya pilu dan betapa perih hati nya yang bergemuruh hebat.
Abang hanya diam,ia tak sanggup berkata apa-apa,ternyata terkaan nya selama ini salah,salah besar! ,perasaan nya selama ini tidak pernah bertepuk sebelah tangan karna vanya juga merasakan hal yang sama,yang tak pernah vanya ungkap dan hanya ia pendam sendiri. Dan karna itu abang memutuskan menikahi wanita yang meminang nya terlebih dahulu,abang tak tega melihat wanita itu begitu mencintai nya hingga rela menggagalkan perjodohan yang sudah berlangsung,abang berkaca pada dirinya saat itu,abang pernah sakit bahkan terpuruk karna perasaan nya terhadap vanya lalu apa abang masih mau menyakiti seseorang yang saat itu mencintai nya sama dengan apa yang ia alami pada vanya.
Saat itulah abang memilih membuka lembaran baru untuk berusaha mencintai wanita yang mencintai nya saat itu,meski bagai tertusuk tombak sakitnya bukan main,tapi abang terus mencoba mendayung meninggalkan pelabuhan hati vanya.
Tak ada yang salah di sini tapi inilah takdir!
Membuka mata kita bahwa tidak cukup dengan perasaan saja kita mencintai seseorang,tapi butuh keyakinan dan kesetiaan yang luar biasa yang membuatnya tangguh.
“tapi aku tak berharap banyak dari dulu bang....,karna aku tak mau kehilangan mu,aku hanya ingin bisa selalu bersamamu meski tak ada ikatan lebih dari seorang adek,akhirnya sudah terjawab bang... malam-malam ku yang penuh dengan mimpi tentang mu,kini pagi yang ku nanti telah tiba,menunggu pagi untuk membuat mimpi di malam hari ku menjadi nyata,yaitu bertemu dengan mu, meski harus seperti ini!” vanya tertnduk masih dengan tetesan air matanya.

‘seandainya kau tau dek abang masih mencintai mu hingga detik ini juga!,tapi maafkan aku dek ini salah abang yang terlalu singkat memutuskan perasaan ini untuk menjalin dengan yang lain’

abang hanya berbicara dalam hati,ia tak mau vanya tau akan perasaan nya sampai saat ini karna itu hanya melukai hati seseorang yang dicintainya,tapi ia cukup membuktikan perkataan nya dulu yang akan setia bersama perasaan vanya meski hanya dalam hati,dan tidak pada raga. 
      _The End_

3 komentar:

  1. Hmm...gmn y ..! itulah jodoh, tak seperti yg kita pikirkan....!

    ( karyany Bagus dan menarik )...

    BalasHapus
  2. Hmm...gmn y ..! itulah jodoh, tak seperti yg kita pikirkan....!

    ( karyany Bagus dan menarik )...

    BalasHapus
    Balasan
    1. makace telah setia membaca coretan q.. sampe part end =)

      Hapus