‘aku ingin bertemu kenangan ku’ gumam ku dalam
hati,saat aku menerima tawaran untuk praktik mengajar di salah satu lembaga
yang tak jauh dari sekolah tamatan SMP ku dulu. Meski selang dua dusun dari
tempat ku praktik nanti,itu tak menjadi penghalang ku menemui kenangan bersama
abang di sana.
Hanya kenangan!
Yach...hanya ingin menikmati
saat-saat indah dulu,saat aku terlambat mengakui perasaan ku pada abang.
Seandainya tuhan memberiku kesempatan sekali lagi,tentu yang ingin ku minta
adalah melihat senyum abang yang indah seperti dulu...,saat ia tau ada sedikit
harapan untuk mengejar cinta ku. Sepertinya aku sudah mulai terisak,aku tak
kuat membendung rasa rindu dan haru ku mengenangnya.
‘nova’ aku menyebutnya lirih.
Aku tau kisah ku tak luput dari
peran dan jasa nova,seandainya ia masih ada di sampingku mungkin detik ini ia
akan mati-matian mendukung ku,ah.. aku jadi merindukannya.L
Hmm.. perlahan aku menyeka air mata
ku,aku duduk di depan cermin sambil mengejek sisa-sisa air mata kerapuhan ku.
Perlahan ak sedikit merapikan dandanan ku yang sudah mulai acak-acakan,aku
harus tampil rapi karna hari ini dalah hari pertama ku menginjakkan kaki di
dusun ‘sekar wangi’.
“kamu mau berangkat jam berapa van?”
tanya mama yang tiba-tiba muncul dari balik tirai kerang kamar ku.
“sudah siap ma” jawab ku pendek.
Tapi sebelum mama berlalu dan
meminta tante yasmin untuk mengantar ku,mama sempat menanyakan mata sembab ku
ini.
‘kamu habis nangis van?’
‘oh.. ini,semaleman kelamaan tidur
ma’ jawab ku bohong.
Aku
tak mau mam mengerti apa yang sedang mengganggu fikiran ku dari semalam.
‘maafin aku ma...’gumam ku dalam
hati.
.........@b@ng..........
Pagi-pagi
seperti ini pemandangan alam yang masih begitu asri menyejukkan mata ku yang
sudah bosan melihat gedung-gedung menjulang tinggi.
“udaranya masih bersih ya van”.
Tante yamin berkomentar.
“makanya vanya milih tempat ini
tante,vanya bosen di kota terus,di sini pendidikan masih primitif,masih jarang
terjamah teknologi canggih semacam komputer,oleh karna itu vanya pengen cari
pengalaman di tempat ini”. Ujar ku tanpa menyebut keinginan yang lain,termasuk
bertemu kenangan ku!
Tante
yasmin hanya manggut-manggut sambil merendahkan laju kecepatan mobilnya yang
sudah menyusuri area perkebunan warga. Aku melempar pandangan ku ke luar kaca
mobil,menikamti udara yang masih tak berpolusi ini sepuas ku. Beberapa menit
kemudian mobil tante yasmin berhenti di depan gedung yang tidak begitu
tua,lengkap tatanan taman mungil yang manis. Kami turun menyusuri gerbang unik
yang terbuat dari bambu-bambu kecil yang sudah di cat warna-warni.
Saat
kami berjalan menyusuri koridor tiba-tiba bocah kecil membenturku,lengkap dengan
seragam yang masih tak berdasi,sepertinya dia melupakan dasi nya! Hihihi..
“maaf bu.. maaf ya,lihat dasi ku yang jatuh
nggak?” tanya nya dengan logat yang lagi-lagi anak ini mengundang tawa kecil ku
begitu juga tante.
Aku hanya menjawab dengan menggelengkan
kepala sambil menahan tawa aku melihat ekspresi binggung dan cemberutnya yang
lucu sekali.J
Kami
pun melanjutkan langkah kami menuju kantor,sesampainya di sana nampak sudah
banyak guru di sana yang siap menjalankan tugasnya masing-masing. Tapi tunggu
sebentar....,sepertinya aku mengenali wajah seseorang yang duduk di pojok dekat
jendela,yang asik mengunyah sarapan nya dengan sepotong roti dan selembar keju.
“Tari!” jerit ku rendah,saat aku
telah berhasil mengenali wajahnya.
Yang bersangkutan menoleh dan
terbelalak saat melihat ku disini.
“vanya” ia juga menjerit rendah.
Buru-buru ia meninggalkan sepotong rotinya di meja,ia menghampiri ku dengan
girang.
“kamu tugas di sini?” tanya tari
saat mengetahui aku masih di jenjang semester 7.
“iya,hanya untuk beberapa minggu
saja”.
di sela-sela kami asik mengobrol,bu Ananta selaku kepsek menghampiri ku lengkap dengan berkas-berkas wajib ku yang di bawanya.
di sela-sela kami asik mengobrol,bu Ananta selaku kepsek menghampiri ku lengkap dengan berkas-berkas wajib ku yang di bawanya.
“ini van berkas mu, hari ini kamu
masuk di kelas 1b dulu, kebetulan bulan ini wali kelas nya cuti, selamat
mengajar ya” Ujarnya dengan ramah seraya menyerahkan berkas-berkas itu beralih
ke tangan ku. Dengan santun aku menerima satu buku paket bahasa inggris,absen
dan daftar hadir guru.
Tak
terasa jam sudah menunjuk ke angka 7 kurang 5 menit,tante pamit pulang dan aku
pamit undur diri pada tari untuk memasuki kelas tugas ku hari ini.
“tar..,aku tugas dulu ya..,nanti
kita ngobrol sepuasnya” ujar ku
“siiip” tari mengedipkan sebelah
matanya. Tawa kecil kami pun berderai.
.........@b@ng..........
Aku
berusaha mencintai dunia anak-anak mulai hari ini,dengan begitu akan lebih
mengasikkan saat berinteraksi bersama mereka dan aku menyukai profesi ku seperti
ini.
“selamat pagi adek-adek” sapa ku
renyah.
Tapi yang di sapa malah pada
bengong!
“loh,kenapa nggak di jawab sapaan
saya tadi?” tanya ku heran.
“kalau ibu guru panggil kami
adek-adek,lalu kami akan menjawab sapaan ibu dengan sebutan apa?” celetuk salah
satu mereka.
‘hehehe..’ aku baru menyadari hal
kecil ini yang pantas saja membuat mereka bengong. Bener juga nih anak, masa’
mereka bakalan jawab sapaan ku manggil mbak-mbak,kan aneh kedengerannya J
“pernyataan yang bagus!,siapa nama
mu sayang?” aku menghampiri bocah yang menggemaskan itu. Dengan penuh percaya
diri dia menjawab:
“Dimas Anggara”
Aku tersenyum melihat keberaniannya
berinteraksi dengan orang asing sepert ku.
‘sepertinya aku juga pernah melihat
bocah ini,tapi dimana ya?’ gumam ku dalam hati.
“oh ya bu,lihat dasi ku nggak?
,soalnya aku yakin jatuh di tempat ibu berdiri di koridor tadi” tanya nya
lagi,memancingku hingga aku menyadari nya.
‘inikan bocah tadi...’
Astaga!
“nggak sayang... ibu tidak
melihatnya,mungkin saja kamu lupa bawa dasi”.
Dia terdiam,aku memperhatikan bola
matanya... aneh,kenapa hati ku berdesir saat melihat tatapan dua bola mata
bocah ini. Buru-buru aku teringat tugas ku di kelas ini,aku bangkit dan kembali
ke meja guru.
“baiklah ank-anak,saya di sini hanya
bertugas menggantikan wali kelas kalian untuk beberapa minggu ke depan,saya
harap kalian bisa menerima kehadiran ibu di sini”.
“oh ya,perkenalkan nama ibu Vanya
Anastasia”
“lalu panggilannya apa bu?”
Aku terdiam sejenak.
“panggil saja dengan sebutan bu
Asta” aku tersenyum,sengaja aku mengambil penggalan nama belakang ku untuk
memulai lembaran ini.
“bu asta!,namanya lucu” puji gadis
berkepang kuda.
Aku semakin bersemangat untuk lebih
dekat dengan mereka.
Waktu
terus mengalir hingga akhirnya bel istirahat berteriak lantang. Aku mengakhiri
aktifitas mengajar ku,anak-anak segera menghambur keluar kelas.
Aku masih enggan menuju kantor,aku
memutuskan untuk duduk di kantin yang tidak jauh dari lapangan. Secangkir
capuccino hangat menemani ku bersantai,entah kenapa aku merasakan banyak yang
memperhatikan ku disni, apa karna guru-guru di sekolah ini tidak pernah
bersantai di kantin,atau aapa aku masih asing di mata mereka?
Ah sudahlah biarkan saja,aku hanya
melempar senyum pada setiap pasang mata memperhatikan ku. J
.........@b@ng..........
Bel
masuk berteriak nyaring lima menit yang lalu,tapi ada segerombolan siswa yang
masih belum memasuki kelas,ada yang mencurigakan akan segerombolan di pojok
lapangan dekat kelas 1b,aku semakin penasaran saat bocah-bocah itu memekik dan
ada yang histeris,aku ingin menjawab rasa penasaran ku,aku memutuskan
menghampiri mereka.
Dan aku tersentak melihat darah yang
masih segar mengalir dari pelipis bocah itu,aku segera bersimpuh di depannya.
“kamu kenapa nak?” tanya ku seraya
memeluk pundak bocah kecil itu.
Bocah kecil itu masih tertunduk,ia
enggan mendongkakkan wajahnya dalam kerumunan seperti ini.
Aku menatap satu persatu wajah-wajah
bocah sebayanya yang saat ini bergerombol menatap ku,aku mencoba mencari
jawaban tapi mereka juga enggan angkat bicara.
Aku tak sabar lagi,perlahan ku
angkat dagu itu menghadap ku,dan...
“astaga dimas!” aku terpekik setelah
tau yang terluka itu adalah anak didik ku beberapa jam yang lalu.
Lekas aku membopongnya ke kantor,ku
minta asri teman sekelasnya menemani dimas. aku sigap melakukan pertolongan
pertama semampuku,setelah darahnya sedikit teratasi dan tidak lagi merembes ke
perban bagian luar, aku memintanya untuk beristirahat dan memejamkan mata agar
syaraf-syaraf yang tegang sedikit tenang.
“asri kemarilah” ujar ku lembut seraya menjauh dari sofa dimana dimas terbaring.
“asri kemarilah” ujar ku lembut seraya menjauh dari sofa dimana dimas terbaring.
“ceritkan sama ibu apa yang
sebenarnya terjadi?”
Dengan taku-takut asri melirik ku,ia
menghela nafas yang terasa berat sebelum menjawab pertanyaan ku tadi.
“dimas berkelahi bu” jawabnya pendek.
“dengan siapa nak?”
“dengan anak sekolah sebelah,dimas
di musuhi karna dia pintar”
Aku terdiam. Aku memang belum
mengenal bocah itu lama,tapi aku sudah bisa merasakan auranya yang begitu kuat
dengan bathin ku,entah kenapa..
Tak kasih Jempolll raksasa. . . !!
BalasHapusKu tungGu edisi slanjuTnya . . . Key ?
makace ay... =')
Hapus